
Biologi it's my life
Senin, 30 Mei 2016
Vaksin Herbisida pada Tanaman
APLIKASI PRAKTIR DI
LAPANGAN (VAKSIN) UNTUK TANAMAN, PESTISIDA GENETIKA, TEKHNIK RESISTENSI
HERBISIDA PADA TANAMAN
Oleh:
Ardiansyah
Putri Aritonang
NPM
: 013.041.00.013
BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai upaya dilakukan guna menjawab tantangan tersebut,
diantaranya dengan menerapkan bioteknologi melalui rekayasa genetika. Secara
teori, rekayasa genetika merupakan upaya manusia yang dengan sengaja mengubah,
memodifikasi, dan/atau menambahkan susunan suatu gen dengan material baru pada
suatu organisme untuk mendapatkan turunan sesuai dengan yang diinginkan manusia
(Suryanegara, 2011). Sebagian kalangan menganggap rekayasa genetika merupakan
solusi untuk mengatasi kelangkaan pangan dengan ditemukannya teknologi tanaman
transgenik atau dikenal juga dengan Genetically Modified Organism
(GMO). Tanaman transgenik hasil rekayasa genetika ini dipercaya mempunyai
sifat-sifat unggul diantaranya memiliki produktivitas yang lebih tinggi, tahan
terhadap hama, toleran terhadap herbisida, dan mengandung kualitas nutrisi yang
lebih baik (Karmana, 2009).
Tanaman transgenik mulai dikembangkan pada tahun 1973 oleh Hurbert
Boyer dan Stanley Cohen (BPPT, 2000 dalam Karmana, 2009). Sejak saat itu jumlah
tanaman transgenik yang dihasilkan meningkat pesat dan menyebar luas ke
beberapa negara di dunia. Dalam kurun waktu 18 tahun sejak tanaman ini mulai
ditanam secara komersil telah terjadi peningkatan luas areal tanam hingga 100
kali lipat, yakni dari hanya 1.7 juta hektar pada tahun 1996 menjadi 175.2 juta
hektar pada tahun 2013. International Service for the Acquisition of
Agri-biotech Applications (ISAAA) memperkirakan setidaknya 18 juta petani
di 27 negara menanam tanaman hasil rekayasa genetika.
Dari 27 negara tersebut 19 merupakan negara berkembang dan 8 sisanya
merupakan negara industri. Luas areal tanaman transgenik di Amerika Latin, Asia
dan Afrika mencapai 94 juta hektar atau 54% dari total 175.2 juta hektar areal
tanaman transgenik dunia, sementara di negara industri tercatat 81 juta hektar
atau 46%. Amerika Serikat masih menjadi negara produsen pangan transgenik
terbesar dunia dengan areal tanam mencapai 70.1 juta hektar (40% dari total
areal tanaman transgenik dunia), diikuti Brazil dan Argentina masing-masing 40.3
juta hektar dan 24.4 juta hektar (James, 2013). Adapun jenis tanaman yang
banyak dikembangkan diantaranya kedelai, jagung, kapas dan canola.
BAB II
PEMBAHASAN
Pestisida merupakan suatu substansi kimia
yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Pada umumnya
pestisida yang digunakan bukan hanya dalam pertanian saja namun juga diperlukan
dalam bidang kesehatan dan rumah tangga yaitu untuk mengendalikan vektor
penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan
serangga yang lain. Pestisida tersebut
walau sangat berguna namun dipihak lain tanpa disadari akan menimbulkan
dampak negatif seperti timbulnya keracunan pestisida (Subyiakto S,1990).
Untuk mengurangi keracunan pestisida maka hal teknis yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan pestisida adalah ketepatan
penentuan dosis, dosis yang terlalu tinggi akan
menyebabkan pemborosan pestisida, disamping merusak lingkungan dosis terlalu rendah juga dapat menyebabkan
hama sasaran tidak mati disamping berakibat mempercepat timbulnya resistensi (Subyakto
S, 1990).
a. Pengertian dan Peranan
Pestisida
Pestisida
adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan
untuk:
1. Memberantas atau mencegah hama
2.
Memberantas rerumputan
3.
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan daun yang
tidak diinginkan
4.
Mengatur atau meransang pertumbuhan daun
5.
Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan
piaraan
6.
Memberantas hama air
7.
Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik
dalam rumah tangga
8.
Memberantas atau mencegah binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia (Dep.kes,2004)
b. Penggolongan Pestisida
Berdasarkan
atas kepentingan dapat
digolongkan berdasarkan sifatnya, berdasarkan
sasarannya, berdasarkan cara kerjanya atau efek keracunannya dan
berdasarkan struktur kimianya (Soemirat,2003) .
1. Berdasarkan atas sifat pestisida dapat
digolongkan menjadi :
a. Bentuk padat
b. Bentuk cair
c. Bentuk gas (fumigan)
d. Bentuk asap ( aerosol)
2. Berdasarkan atas sasarannya dapat digolongkan menjadi sebagai berikut :
a) Insektisida : sasarannya adalah serangga
b) Herbisida : sasarannya adalah tanaman
pengganggu (gulma)
c) Rodensia : sasarannya adalah tikus
d) Fungisida : sasarannya adalah cendawan
atau jamur
e) Molusida : sasarannya adalah siput
f) Arkarisida : sasarannya adalah caplak
g) Bakterisida : sasarannya adalah bakteri
3.
Berdasarkan atas cara
kerjanya atau efek keracunannya dapat digolongkan sebagai
berikut:
a) Racun perut : membunuh sasarannya
bila pestisida tersebut termakan oleh hewan yang bersangkutan
b) Racun kontak : adalah membunuh sasarannya bila pestisida mengenai kulit
hewan sasarannya
c) Fumigan : adalah senyawa kimia yang
membunuh sasarannya melalui saluran pernapasan
d) Racun sistemik : pestisida dapat diisap
oleh tanaman, tetapi tidak merugikan tanaman itu sendiri di dalam batas waktu
tertentu dapat membunuh serangga yang
menghisap atau memakan tanaman tersebut.
4. Berdasarkan struktur kimianya pestisida
dapat digolongkan menjadi:
a) Golongan Organoklorin
b) Golongan Organofosfat
c) Golongan Karbamat
C. Dampak Resistensi Pestisida
Meskipun resistensi hama terhadap
insektisida anorganik diketahui sejak tahun 1910 an. Namun mengingatkan sekali
sejak ditemukannya ionsektisida organik, sebagai insektisida organik sintetik
pertama ditemukan dan digunakan secara luas sejak tahun 1945, pada tahun 1948
dilaporkan terjadinya 447 jenis serangga yang resisten terhadap hampir semua
kelompok insektisida )organokhor , oganofosfat, karbanat, piretroid sintetik,
fumingan) termasuk kelompok insekta hayati.( Georgiiou 1986)
D. Proses Terjadinya Resistensi
Resistensi yang kadangkala
diindikasikan oleh menurunnya efektivitas suatu tekhnologi pengendali tidak
terjadi dalam waktu singkat, resistensin pestisida berkembang setelah adanya
proses seleksi yang berlangsung selama banyaknya generasi, resensi merupakan
suatu fenomena evolusi yang diakibatkan oleh seleksi pada serangga hama,
didalam frekuansi alel individu rentan lebih besar dibandingkan frekuensi alel
individu reisten, dan frekuensi alel homosigot resisten (RR). (Georgiou dan
Taylor 1986).
E. Strategi Pengelolaan Resistensu Pestisida
Untuk memperlambat timbulnya
berkembangnya populasi resisten menurut Georghiou dapat dilakukan dengan 3
strategi yaitu:
1. Sikap sedang ( moderation)
2. Penjenuhan ( saturation)
3. Serangan ganda ( multipe attack)
Penggolongan
ini dimoderasi bertujuan untuk mengurangi tekanan seleksi terhadap hama dengan
mengurangi dosis dan rekuensi penyemprotan yang lebuh jarang, pengelola dengan
saturasi memanipulasi sifat pertahanan serangga terhadap insektisida baik yang
bersifat biolimiawi maupun genetik. Adanya mekanisme untuk menghambat
pengembangan sifat resistensi pada populasi karena refugia merupakan sumber
individu imigren yang masih memiliki sifat peka terhadap pestisida. ( Gergiou
dan Taylor 1986).
E. Resistensi Hama
Serangga
Mohammadi Sharif H, dkk
(2007) menyatakan bahwa kumbang daun perusak kentang Leptinotarsa decemlineata di Iran memiliki resistensi yang tinggi
terhadap pestisida, dan semakin lama daya tahan terhadap pestisida semakin
meningkat. Menurut Hyoun Sub Lim, etc (2006) virus mozaik pada tanaman
menurunkan hasil produksi pada kacang kedelai transgenik. Dari kondisi tersebut
diperoleh suatu fakta bahwa tanaman transgenik justru dapat menimbulkan
resistensi hama terutama hama serangga.
Pengendalian
serangga menggunakan pestisida yang berupa insektisida. Insektisida pertama
yang digunakan adalah ekstrak tembakau dan garlic, kemudian berkembang pada
insektisida yang lebih mematikan yaitu arsen dan merkuri, karena berbahaya bagi
keselamatan manusia tidak hanya serangga maka sudah tidak banyak digunakan.
Sintesis pertama yang digunakan untuk insektisida adalah DDT. (Susan
budavari.1996).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·
Tanaman transgenik hasil
rekayasa genetika ini dipercaya mempunyai sifat-sifat unggul diantaranya
memiliki produktivitas yang lebih tinggi, tahan terhadap hama, toleran terhadap
herbisida, dan mengandung kualitas nutrisi yang lebih baik. Pestisida merupakan suatu substansi kimia
yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Pada umumnya
pestisida yang digunakan bukan hanya dalam pertanian saja namun juga diperlukan
dalam bidang kesehatan dan rumah tangga yaitu untuk mengendalikan vektor penyakit
manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan
serangga yang lain
Daftar Pustaka
Suryanegara,
2011., Karmana, 2009., Hurbert Boyer dan Stanley Cohen (BPPT, 2000 dalam
Karmana, 2009)., James, 2013.,BLOG
Rekayasa genetika tanaman herbisida.
Subyiakto S,1990., Subyakto S, 1990., Dep.kes,2004., Soemirat,2003., Jurnal PENGARUH BINAAN LSM TERHADAP PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE
PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE TANAH KARO TAHUN 2010
Georgiiou
1986., Georgiou dan Taylor 1986., Mohammadi Sharif
H, dkk (2007)., Hyoun Sub Lim, etc (2006)., Blog Manajemen Resistensi pestisida sebagai penerapan pengelolaan
hama terpadu.(28 november 2015)
Susan budavari.1996). Makalah PENGARUH TANAMAN PANGAN
TRANSGENIK TERHADAP RESISTENSI
HAMA SERANGGA.(28 november 2015)
Langganan:
Postingan (Atom)